Selasa, 13 November 2018

Seorang Diri

Hari mulai gelap, pertanda rasa rindu mulai merasa. Merasuk ke sela-sela jiwa, yang aku pun tak tahu cara menghentikannya. Kala itu, langkahku terus melaju, menerpa hawa yang mendinginkan raga. Menyusuri gelapnya malam, mengendap-endap layaknya orang berperang.

Malam itu aku duduk seorang diri, ya hanya seorang diri. Tanpa teman, sahabat, ataupun kekasih. Hanya keramaian lalu lalang orang yang menghiasi pandangan dan pendengaranku. Perlahan bising kota meredup, diganti angin malam yang membuat semua orang tertidur dalam senyap. "Terlalu dini untuk meng-istirahatkan diri", ujarku. Aku masih ingin menikmati langit hitam yang diguyur rintik hujan, sengaja ku biarkan air membasahi tubuh, aku hanya ingin menikmatinya, seraya bersyukur dan merenung bahwa aku hanyalah seorang hamba dari Sang Maha Penyayang.

Tahun ini genap 20 tahun aku hidup. Aku selalu punya mimpi untuk menjadi orang paling bahagia  di muka bumi, memiliki jiwa muda yang selalu menginspirasi, hingga nanti aku bertemu wanita yang mampu mengangkat mimpi-mimpi yang tertanam dalam diri.

Kau tahu? Malam hari mungkin waktu yang tepat untuk mengingat masa lalu. Bukan, bukan karena aku ingin mengulang, tapi aku hanya ingin belajar. Bukankah hidup terlalu singkat jika hanya untuk meratapi? Aku pun tak ingin terbawa arus bayanganmu. Aku selalu percaya bahwa perjuangan itu tak ada yang sia-sia. Aku selalu meyakinkan diri bahwa tak perlu ada yang disesali. Setidaknya aku pernah berjuang, walau akhirnya dikecewakan. Hidupku harus terus berlanjut, tanpa atau dengan dirimu.


Rintik hujan semakin deras menghujam pikiranku, perlahan ku tengadahkan kepala menghadap lautan hitam di atas sana, aku pun tersenyum. "Terima kasih Tuhan, jaga baik-baik hatinya. Aku yakin, aksaramu jauh lebih mulia daripada anganku.  Semoga lara akan jadi bahagia."

Seorang diri itu cukup menyenangkan.  Seorang diri itu cukup menenangkan. Apalagi di kota kembang yang menjadi pijakanku saat ini. Terima kasih, lain waktu aku akan kembali untuk bernostalgia, tapi ingat, ketika aku kembali aku tidak akan lagi sendiri, mungkin nanti aku akan membawa dirinya - entah siapa - untuk ku perkenalkan pada keindahan dan keramahan kotamu.
Terima kasih juga untuk kamu yang hadir dalam pikiranku. Tetap semangat menggapai cita-cita. Sekali lagi, terima kasih telah mewarnai aksaraku.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar