Hai bintang.
Malam ini kamu kok sendirian diantara bentangnya semesta?
Kalau boleh tahu teman-temanmu yang lain mana?
Biasanya kalian berkelap-kelip bersama, tapi malam ini kenapa hanya kamu?
Kamu tidak apa-apa kan? Dari kejauhan kamu terlihat cantik, tapi kamu berkedip terlalu cepat dari biasanya.
Aku sebenarnya ingin menggapai dan memelukmu untuk memastikan bahwa kamu baik-baik saja. Tapi, kamu tahu kan. Aku tidak mampu untuk melakukan hal itu. Aku di planet yang bernama Bumi. Jauh sekali dari tempatmu, mungkin saja berjuta-juta mil jaraknya.
Bintang, aku harap kamu baik-baik saja ya. Jangan sedih, karena hanya kamu satu-satunya penghiburku saat petang datang.
Bintang, di tempatmu sana asyik atau tidak? Aku dengar-dengar di sana tidak ada gravitasi ya, semua benda melayang-layang bebas tak tentu arah. Pasti seru ya, bisa terbang layaknya burung hehe.
Dan juga aku pernah dengar bahwa bintang yang aku lihat malam ini sebetulnya bintang yang besinar dari hari yang lalu, bulan yang lalu, atau bahkan mungkin dari tahun lalu. Karena katanya rambat cahaya bintang juga butuh waktu untuk mencapai planetku ini. Jika memang benar begitu, berarti kamu adalah bintang dari masa lalu ya? Jika iya, bagaimana kabarmu hari ini? Apa kamu masih tetap bersinar untuk aku lihat di kemudian hari? Semoga kamu benar-benar baik-baik saja ya.
Oh iya bintang, aku boleh tidak sedikit berbagi cerita kepadamu. Tenang, tidak perlu diberi solusi, dengarkan saja ya. Walau jarak kita jauh, semoga kamu tetap mendengarnya.
Di tempatku ini ada sebuah rasa yang dinamakan cinta. Ia hanya memiliki nama tapi tak memiliki rupa. Ia hanyalah sebuah rasa yang mampu singgah pada siapa saja. Cinta memiliki kekuatan untuk menjadikan seseorang bersemangat, cinta juga memiliki kelemahan untuk menjadi seseorang terpuruk dalam kesedihan. Selama aku hidup, aku sudah merasakan keduanya.
Kata orang sih, jika memang berani jatuh cinta, ya harus berani menanggung risiko perihnya patah.
Aku pernah jatuh pada seorang wanita yang jauh dari kata sempurna. Namun, aku yakin Ia sosok yang selama ini aku cari-cari. Ia memiliki kulit kuning langsap, hidung mancung, bola mata berbinar dengan campuran sedikit air mata, bulu mata hadap atas, rambut hitam memanjang. Tingkahnya yang kadang lucu, kadang cuek, kadang mengesalkan, membuatku semakin jatuh pada palung yang begitu dalam, yang semakin aku menyelam semakin aku menemukan keindahan di dalamnya.
Aku pernah dibuat begitu bahagia olehnya. Tapi aku juga pernah dibuat begitu patah olehnya. Bagaimana tidak? Ia pandai sekali bersilat lidah. Bagaimana tidak? Ia pandai sekali untuk menutupi sesuatu yang jelas sudah ku tahu. Bagaimana tidak? Aku melihatnya berpaling dariku tepat di hadapanku.
Bintang, andai kamu tahu apa yang aku rasa pada waktu itu, sungguh aku tidak mampu mengucap satu kata pun. Sakit, hanya begitu yang aku rasa, sakit, di dalam hatiku. Sakit melihatnya tertawa bahagia bukan denganku.
Sebenarnya aku salah apa hingga Tuhan menghukumku seperti ini? Kamu tahu tidak bintang?
Sampaikan pada Tuhan ya, aku minta maaf bila ada yang salah. Sampaikan pada-Nya bahwa aku ingin bahagia dengannya. Sampaikan pada-Nya agar ia mau berubah dan menetap untuk selamanya. Arahkan navigasi hatinya untuk selalu berlabuh padaku. Aku mohon, bintang, bantu aku. Aku begitu menyayanginya, bahkan marahpun aku tidak pernah, sekali pun berkata kasar tidak pernah juga. Karena ia begitu istimewa.
Btw, ini udah tengah malam. Aku lihat kamu sudah tidak ada, tertelan gelapnya awan. Yaudah dilanjut besok saja ya bintang. Aku juga mau tidur. Selamat malam.